Ketakutan Kubu Jokowi Akan Tegaknya Islam



ADA yang Ketakutan Tangan atau Kepalanya Hilang Bila Khilafah itu Tegak
(Para Koruptor dan Penista Agama)
Kalau TDK Kenapa Takut

PILPRES 2019, PANCASILA VS KHILAFAH ?

Oleh : Nasrudin Joha

Ternyata, narasi ketakutan, teror dan ancaman itu benar-benar dijadikan sarana bagi rezim Jokowi untuk 'memaksa' rakyat merapat kepada rezim, setelah kegagalan mengunggah Legacy Pemerintah dan janji-janji kampanye untuk mengelabui agar rakyat merapat. Setelah Luhut menjual isu 'gerakan yang ingin mengganti Pancasila' jubir rezim yang lain, Hendropriyono secara terbuka menyebut pertarungan Pilpres 2019 tidak saja pertarungan Jokowi vs Prabowo, terapi juga pertarungan ideologi Pancasila vs khilafah.

Kemudian, Hendropriyono membuat narasi jahat dan tudingan pada khilafah, seolah khilafah mengancam, khilafah yang telah merusak bangsa ini, khilafah yang korupsi di kemenag, khilafah yang korupsi di kemenpora, pengusung khilafah yang kena OTT KPK, pengusung khilafah yang kena kasus narkoba, pengusung khilafah yang melakukan berbagai korupsi dan kerusakan.

Tudingan itu, seolah ingin menutup praktik kegagalan pemerintahan Jokowi yang terbukti zalim, penuh kebohongan dan pengkhianatan. Tudingan itu, ingin mengelabui umat dari 66 janji - janji Jokowi pada Pilpres 2014 yang hingga saat ini tak kunjung ditepati.

Narasi menakut2i ini, juga implisit menuding pasangan calon yang menantang rezim Jokowi seolah anti Pancasila, didukung gerakan anti Pancasila. Mengulang klaim, seolah hanya rezim Jokowi yang Pancasilais, paling Indonesia, paling berbhineka.

Memang benar rezim ini butuh narasi ketakutan dan menakut-nakuti, butuh Pengalih isu, setelah belum lama ini kader Glokar kena OTT KPK. Rezim butuh diskursus isu yang bisa mengalihkan posisi rezim Jokowi sebagai pihak terdakwa menjadi pendakwa.

Rezim yang akan didakwa publik sebagai 'rezim tak bersih dan korup' karena barisan rezim terjaring kasus korupsi, dari OTT Rommy hingga OTT kader Golkar. Rezim yang masih kebingungan, mengkalkulasi dampak kerusakan kader Golkar yang terjerat OTT KPK, butuh jalan keluar untuk menghindari dakwaan publik.

Isu Pancasila ini kembali diangkat, untuk mengajak publik merapat ke rezim Jokowi sekaligus menebar tuduhan kepada khilafah sebagai ajaran Islam dengan harapan kebencian rakyat pada korupsi dialihkan dan ditimpakan kepada khilafah.

Khilafah sendiri adalah ajaran Islam, terbukti 13 abad menyatukan kaum muslimin serta mengangkat harkat dan peradaban manusia pada posisinya yang paling Agung. Sejak khilafah runtuh, dunia menjadi dikerat-kerat oleh dua ideologi besar, kapitalisme demokrasi Barat dan sosialis komunis Soviet.

Pasca Soviet runtuh, praktis kapitalisme demokrasi lah yang memimpin peradaban dan bertanggungjawab penuh atas rusaknya peradaban manusia. Kapitalisme demokrasi bertanggung jawab penuh atas pembunuhan dan pembantaian umat Islam baik di Palestina, Irak, Suriah, Rohingya, Yaman, Aljazair, Uzbekistan, Pakistan, Bangladesh, Turkistan timur, dan berbagai belahan bumi yang lain.

Indonesia dijajah oleh Belanda dan diarahkan membentuk denokrasi sampai saat ini, diteruskan oleh Amerika dengan ideologi kapitalisme demokrasi. Mengapa khilafah sebagai ajaran Islam yang dipersalahkan? padahal kapitalisme demokrasi yang melakukan kejahatan dinegeri ini dan dinegara-negara islam lainnya, ini sama saja menuding umat Islam sebagai biang keladi kerusakan.

Hendropriyono sendiri, terindikasi terlibat pada sejumlah pelanggaran HAM berat, contohnya kasus Talangsari hingga kasus Munir. Tapi dengan entengnya, Hendropriyono tunjuk hidung pihak lain yang dianggap bermasalah, padahal dirinya sendiri juga lekat dengan sejumlah masalah.

Pada masa _injury time_ ini, kubu rezim Jokowi tak mungkin lagi mengajak umat untuk berhimpun dengan janji-janjinya, atau dengan memamerkan kesuksesan pemerintahannya. Jalan pintas paling cepat adalah dengan mengekploitasi ketakutan dan ancaman. Dan paling pas menurut rezim jokowi adalah isyu ketakutan terhadap khilafah.

Wahai umat, rezim Jokowi ini telah terbukti berbuat zalim, menebar kebohongan, ingkar dan khianat. Kalian tidak boleh mundur untuk melakukan perubahan. Semua narasi ketakutan yang diciptakan rezim Jokowi hanyalah tipu daya untuk memalingkan kalian dari proyek besar perubahan. Sudah tidak adalagi ketakutan yang perlu dipertahankan. Kalian, harus membulatkan tekat untuk mengakhiri rezim Jaenudin Ngachiro, tanpa ada kompromi. [].

Comments